Terungkap, Ternyata Kura-kura Punya Perasaan yang Mirip dengan Kita

Indonesains.id - Sebuah studi inovatif mengungkapkan bahwa kura-kura kaki merah mengalami kondisi suasana hati jangka panjang. Para peneliti yang mengkhususkan diri dalam perilaku dan kognisi hewan di Universitas Lincoln telah menemukan bukti baru tentang kemampuan indera reptil yang dapat menyebabkan perubahan besar dalam cara hewan-hewan ini dikelola di lingkungan penangkaran.

Studi inovatif mereka menyajikan bukti kuat bahwa kura-kura kaki merah (Chelonoidis carbonaria) mampu mengalami kondisi suasana hati yang bertahan lama, seperti halnya mamalia dan burung. Temuan ini merupakan kemajuan signifikan dalam pemahaman kita tentang subjektivitas reptil, menantang kepercayaan tradisional, dan membawa konsekuensi penting bagi praktik kesejahteraan hewan.

Terungkap, Ternyata Kura-kura Punya Perasaan yang Mirip dengan Kita
Penelitian baru dari Universitas Lincoln mengungkapkan bahwa kura-kura kaki merah mungkin mengalami kondisi suasana hati jangka panjang, mirip dengan mamalia dan burung. (Kredit: Shutterstock)


Menguji optimisme dan pesimisme pada kura-kura

Para peneliti bekerja dengan 15 kura-kura kaki merah, menerapkan tes bias kognitif yang awalnya dirancang untuk digunakan pada manusia. Metode ini membantu mengungkapkan apakah seseorang menafsirkan situasi ambigu dengan optimisme atau pesimisme, tergantung pada kondisi emosional yang mendasarinya.

Banyak digunakan dalam studi mamalia dan burung, tes ini menawarkan wawasan tentang bagaimana hewan merasakan ketidakpastian, yang berfungsi sebagai ukuran tidak langsung dari suasana hati. Tim menemukan bahwa kura-kura yang hidup di lingkungan yang kaya lebih cenderung menafsirkan isyarat ambigu secara positif, yang menunjukkan kondisi pikiran yang lebih optimis dan mungkin lebih bahagia.

Baca Juga:

Untuk mengeksplorasi lebih lanjut hubungan ini, para peneliti juga menilai respons kura-kura terhadap situasi yang memicu kecemasan, seperti menghadapi objek dan lingkungan yang tidak dikenal. Kura-kura yang membuat penilaian lebih optimis selama uji bias kognitif juga menunjukkan lebih sedikit tanda-tanda kecemasan, memperkuat bukti hubungan antara keadaan emosi dan perilaku.

Temuan ini berkontribusi pada semakin banyaknya penelitian yang menunjukkan bahwa reptil mungkin memiliki kehidupan emosional yang lebih canggih daripada yang diasumsikan sebelumnya. Meskipun reptil telah dikenal karena kemampuan belajar dan memecahkan masalah mereka, penelitian ini menawarkan indikasi paling jelas bahwa mereka dapat mengalami kondisi suasana hati yang bertahan lama—ciri utama dari kesanggupan untuk merasakan.

Implikasi bagi undang-undang kesejahteraan hewan

Memahami apakah hewan dapat mengalami suasana hati dan emosi sangat penting untuk menginformasikan standar kesejahteraan. Di Inggris, Undang-Undang Kesejahteraan Hewan (Kepekaan) 2022 mengakui kapasitas hewan untuk merasakan, yang secara langsung memengaruhi bagaimana mereka diperlakukan di bawah hukum.

“Perhatian terhadap kesejahteraan hewan bergantung pada bukti bahwa spesies tertentu memiliki kapasitas untuk mengalami keadaan afektif. Dengan semakin umum reptil sebagai hewan peliharaan, penting bagi kita untuk mempelajari suasana hati dan emosi mereka untuk mencoba memahami bagaimana penangkaran dapat memengaruhi mereka,” jelas Anna Wilkinson, Profesor Kognisi Hewan di Universitas Lincoln.

“Hal ini adalah temuan menarik yang mewakili perubahan signifikan dalam pemahaman kita tentang apa yang dapat dialami reptil, dengan implikasi penting bagi cara kita merawat hewan-hewan ini di penangkaran dan berinteraksi dengan mereka di alam liar,” tutur Oliver Burman, Profesor Perilaku dan Kesejahteraan Hewan di Universitas Lincoln.

Temuan ini juga menawarkan wawasan baru tentang evolusi kondisi afektif, yaitu emosi dan suasana hati, di berbagai spesies. Jika reptil, kelompok yang terpisah dari mamalia dan burung ratusan juta tahun yang lalu, dapat mengalami suasana hati, hal ini menunjukkan bahwa kondisi afektif mungkin lebih tersebar luas di kerajaan hewan daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Hasil studi ini diterbitkan di jurnal Animal Cognition pada 28 Juni 2025.

*****

Posting Komentar

0 Komentar