Tulang Terbakar dan Alat Batu Api: Mengungkap Budaya Memasak Neanderthal

Indonesains.id - Neanderthal di dua gua yang berdekatan di Israel kuno kemungkinan telah mengembangkan tradisi makanan unik mereka sendiri, menurut penelitian arkeologi terbaru.

Meskipun berbagi alat dan mangsa, kedua kelompok tersebut meninggalkan pola penyembelihan yang berbeda pada tulang — perbedaan yang menunjukkan bukan hanya variasi praktis, tetapi juga praktik yang dipelajari dan diwariskan secara budaya.

Temuan ini mengisyaratkan bahwa manusia prasejarah ini mungkin telah mewariskan gaya-gaya penyiapan makanan seperti "resep keluarga" awal, yang menawarkan gambaran menarik tentang kompleksitas sosial dan kuliner kehidupan Neanderthal.

Tulang Terbakar dan Alat Batu Api: Mengungkap Budaya Memasak Neanderthal
Neanderthal dari gua-gua yang bertetangga melakukan proses menyembelih hewan dengan cara yang berbeda, kemungkinan mengungkap tradisi makanan tertua di dunia. (Kredit: Shutterstock)


Petunjuk Penyembelihan Mengisyaratkan Tradisi Neanderthal

Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa Neanderthal yang tinggal di dua gua terdekat di Israel utara mungkin memiliki rutinitas persiapan makanan yang sangat berbeda. Meskipun mereka menggunakan jenis alat yang sama dan berburu hewan yang serupa, cara mereka menyembelih daging ternyata sangat berbeda. Perbedaan ini membuat para peneliti bertanya-tanya apakah kelompok-kelompok ini mewariskan metode unik mereka sendiri dalam mengolah makanan, mirip dengan tradisi kuliner awal.

Baca Juga:

"Perbedaan halus pada pola bekas potongan antara Amud dan Kebara mungkin mencerminkan tradisi lokal dalam pengolahan karkas hewan," ujar Anaëlle Jallon, kandidat PhD di Universitas Ibrani Yerusalem dan penulis utama artikel di Frontiers in Environmental Archaeology.

"Meskipun Neanderthal di kedua situs ini memiliki kondisi kehidupan yang serupa dan menghadapi tantangan yang serupa, mereka tampaknya telah mengembangkan strategi penyembelihan yang berbeda, yang kemungkinan diwariskan melalui pembelajaran sosial dan tradisi budaya,” tambahnya.

Tulang Terbakar dan Alat Batu Api: Mengungkap Budaya Memasak Neanderthal
Pemindaian spesimen dari Amud. (Kredit: Universitas Ibrani Yerusalem)


"Kedua situs ini memberi kita kesempatan unik untuk mengeksplorasi apakah teknik penyembelihan Neanderthal telah terstandarisasi," jelas Jallon. "Jika teknik penyembelihan bervariasi antarsitus atau periode waktu, ini menyiratkan bahwa faktor-faktor seperti tradisi budaya, preferensi memasak, atau organisasi sosial memengaruhi bahkan aktivitas yang berkaitan dengan kebutuhan hidup seperti penyembelihan."

Gua-gua yang Bertetangga, Kebiasaan yang Berbeda

Gua Amud dan Kebara hanya berjarak 70 kilometer. Neanderthal tinggal di kedua gua tersebut selama musim dingin antara 50.000 dan 60.000 tahun yang lalu, meninggalkan bukti-bukti seperti peralatan batu, perapian, tulang hewan, dan bahkan penguburan. Kedua kelompok berburu mangsa yang serupa, termasuk rusa dan rusa bera, dan menggunakan peralatan batu yang sama. Namun, perilaku mereka tidak identik.

Di Kebara, Neanderthal tampaknya mengincar hewan yang lebih besar dan seringkali membawa seluruh bangkai kembali ke gua untuk disembelih, alih-alih mengolahnya di tempat pemotongan. Sebaliknya, hal ini lebih jarang terjadi di Amud.

Tulang Terbakar dan Alat Batu Api: Mengungkap Budaya Memasak Neanderthal
Pintu masuk Gua Amud. (Kredit: Anaelle Jallon)


Tulang-tulang di Amud menunjukkan lebih banyak tanda-tanda terbakar, dengan sekitar 40% terdampak, dan sebagian besar hancur berkeping-keping. Ini bisa jadi karena proses memasak atau kerusakan yang terjadi kemudian. Di Kebara, hanya 9% tulang yang terbakar, dan tampak kurang terfragmentasi, yang mungkin menunjukkan pemasakan yang terkontrol. Menariknya, tulang di Amud juga menunjukkan lebih sedikit bukti dikunyah atau dirusak oleh karnivora dibandingkan dengan tulang di Kebara.

Bekas Potongan Mengungkapkan Pilihan Kuliner Kuno

Untuk lebih memahami perbedaan cara memasak antara situs Amud dan Kebara, para peneliti menganalisis beberapa tulang hewan yang menunjukkan bekas potongan dari periode waktu yang sama di setiap lokasi.

Tulang-tulang ini dipelajari dengan mata telanjang dan di bawah pembesaran, sehingga para ilmuwan dapat mendokumentasikan karakteristik bekas potongan secara detail. Jika polanya tampak sama, hal ini dapat menunjukkan metode penyembelihan yang sama. Di sisi lain, perbedaan yang mencolok mungkin mencerminkan praktik budaya yang berbeda.

Tulang Terbakar dan Alat Batu Api: Mengungkap Budaya Memasak Neanderthal
Pintu masuk Gua Kebara. (Kredit: Erella Hovers)


Bekas sayatan pada tulang-tulang tersebut terawetkan dengan baik dan sebagian besar tidak tersentuh oleh kerusakan selanjutnya akibat pemakan bangkai atau paparan lingkungan. Bentuk, sudut, dan lebar sayatan sebagian besar konsisten antara kedua kelompok, yang menurut para peneliti kemungkinan besar disebabkan oleh penggunaan alat batu yang serupa. Namun, ada satu perbedaan utama yang menonjol: bekas sayatan di Amud lebih padat dan cenderung kurang lurus dibandingkan dengan bekas sayatan yang terlihat pada tulang-tulang dari Kebara.

Budaya Penyembelihan atau Strategi Kuliner?

Tim peneliti mengeksplorasi berbagai kemungkinan alasan di balik perbedaan tanda potong yang diamati antara kedua lokasi tersebut. Salah satu dugaan adalah bahwa variasi tersebut dapat disebabkan oleh jenis hewan yang disembelih atau jenis tulang yang terlibat. Misalnya, sebagian besar tulang yang ditemukan di Amud adalah tulang panjang, sementara di Kebara tidak demikian. Namun, ketika para ilmuwan mempersempit fokus mereka pada tulang panjang hewan berkuku kecil yang ditemukan di kedua lokasi, perbedaan pola tanda potong tetap ada.

Uji coba dari arkeologi eksperimental juga mengesampingkan penjelasan lain. Tanda-tanda yang berbeda tersebut tidak dapat dijelaskan oleh kurangnya keterampilan atau oleh kebutuhan untuk menyembelih lebih agresif demi memaksimalkan hasil. Sebaliknya, bukti menunjukkan adanya pilihan yang disengaja yang dibuat oleh masing-masing kelompok dalam cara mereka menyiapkan daging.

Salah satu teori adalah bahwa Neanderthal di Amud mungkin telah menangani daging mereka secara berbeda sebelum dipotong, kemungkinan dengan mengeringkannya atau membiarkannya menua, mirip dengan cara tukang daging modern menggantung daging sebelum dimasak. Karena daging yang membusuk atau kering lebih sulit dipotong, hal ini dapat menjelaskan tanda-tanda yang lebih intens dan tidak teratur. Penjelasan lain adalah bahwa struktur kelompok mungkin berbeda, misalnya berapa banyak individu yang bekerja sama pada satu hewan, yang dapat memengaruhi gaya penyembelihan mereka.

Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menyelidiki kemungkinan-kemungkinan ini.

"Ada beberapa keterbatasan yang perlu dipertimbangkan," kata Jallon. "Studi mendatang, termasuk penelitian eksperimental dan analisis komparatif yang lebih lanjut, akan sangat penting untuk mengatasi ketidakpastian ini — dan mungkin suatu hari nanti dapat merekonstruksi resep Neanderthal."

*****

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Tradisi dan budaya kehidupan kuno mulai sedikit terungkap ya

    BalasHapus