Gravitasi Jupiter Mungkin Menjelaskan Misteri Meteorit Berusia 4,5 Miliar Tahun

Indonesains.id - Pertumbuhan awal planet gas raksasa ini mengukir cincin-cincin yang membentuk meteorit primitif dan membentuk arsitektur tata surya bagian dalam.

Penelitian baru dari Rice University mengungkapkan bahwa Jupiter memainkan peran penting dalam pembentukan tata surya awal. Saat planet raksasa ini terbentuk, ia secara dramatis mengubah struktur cakram gas dan debu di sekitarnya, mengukir cincin dan celah yang akhirnya dapat menjelaskan misteri yang telah membingungkan para ilmuwan selama beberapa dekade: mengapa banyak meteorit primitif muncul jutaan tahun setelah material padat pertama.

Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Science Advances ini menggabungkan model hidrodinamika canggih tentang pertumbuhan Jupiter dengan simulasi perilaku debu dan pembentukan planet.

Gravitasi Jupiter Mungkin Menjelaskan Misteri Meteorit Berusia 4,5 Miliar Tahun
Para peneliti di Rice University menemukan bahwa pertumbuhan awal Jupiter membentuk kembali tata surya yang masih muda, menciptakan kondisi bagi meteorit yang terbentuk lambat dan menstabilkan planet-planet bagian dalam. (Kredit: Scitechdaily)


Menggunakan model komputer beresolusi tinggi, ilmuwan planet André Izidoro dan Baibhav Srivastava menemukan bahwa perkembangan awal Jupiter yang pesat mengganggu cakram tata surya yang masih muda. Tarikan gravitasinya yang sangat besar mengirimkan gelombang melalui gas dan debu di sekitarnya, menciptakan "kemacetan kosmik" yang mencegah partikel-partikel kecil jatuh ke matahari. Sebaliknya, partikel-partikel ini berkumpul menjadi cincin tebal dan stabil, tempat mereka dapat bergabung menjadi planetesimal, prekursor planet yang berbatu.

Baca Juga:

Generasi Kedua Blok Pembentuk Planet

Para peneliti menemukan hal yang tak terduga: planetesimal yang terbentuk di wilayah padat ini bukanlah bagian dari generasi awal blok pembentuk tata surya. Planetesimal terbentuk kemudian, mewakili gelombang kedua materi planet.

Gravitasi Jupiter Mungkin Menjelaskan Misteri Meteorit Berusia 4,5 Miliar Tahun
Diagram pertumbuhan Jupiter. (Kredit: Rice University)


Kemunculannya bertepatan dengan pembentukan kondrit, sekelompok meteorit berbatu yang membawa bukti kimia dan kronologis berharga dari masa-masa awal tata surya.

Petunjuk dari Meteorit Kuno

Kondrit sangat penting karena merupakan salah satu material paling primitif yang tersedia bagi sains. Tidak seperti meteorit dari generasi pertama blok penyusunnya—yang meleleh, berdiferensiasi, dan kehilangan karakter aslinya—kondrit mengawetkan debu tata surya murni dan tetesan cair kecil yang disebut kondrul. Pembentukannya yang terlambat telah membingungkan para ilmuwan selama beberapa dekade.

“Model kami menghubungkan dua hal yang sebelumnya tampak tidak cocok—sidik jari isotop pada meteorit, yang hadir dalam dua bentuk, dan dinamika pembentukan planet,” kata Srivastava, seorang mahasiswa pascasarjana yang bekerja di laboratorium Izidoro.

“Jupiter tumbuh lebih awal, membuka celah di cakram gas, dan proses tersebut melindungi pemisahan antara materi tata surya bagian dalam dan luar, melestarikan ciri khas isotop mereka. Proses ini juga menciptakan wilayah baru tempat planetesimal dapat terbentuk jauh di kemudian hari,” lanjutnya.

Studi ini juga membantu menjelaskan misteri tata surya lainnya: mengapa Bumi, Venus, dan Mars mengelompok di sekitar 1 unit astronomi dari matahari, alih-alih berputar ke dalam seperti yang terjadi di banyak sistem planet ekstrasurya. Jupiter memutus aliran material gas menuju tata surya bagian dalam, sehingga menghambat migrasi planet-planet muda ke dalam. Alih-alih menukik ke arah matahari, planet-planet yang sedang berkembang ini tetap terperangkap di wilayah terestrial, tempat Bumi dan planet-planet tetangganya akhirnya terbentuk.

“Jupiter tidak hanya menjadi planet terbesar — ia juga membentuk arsitektur untuk seluruh tata surya bagian dalam,” kata Izidoro. “Tanpanya, kita mungkin tidak akan memiliki Bumi seperti yang kita kenal.”

Gema Warisan Jupiter di Sistem Bintang Jauh

Temuan ini konsisten dengan struktur cincin dan celah yang mencolok yang kini diamati para astronom di sistem bintang muda dengan teleskop Atacama Large Millimeter/submillimeter Array (ALMA), observatorium astronomi paling kompleks yang pernah dibangun di Bumi dan terletak di Chili utara.

“Melihat cakram-cakram muda itu, kita melihat awal terbentuknya planet-planet raksasa dan membentuk kembali lingkungan kelahirannya,” kata Izidoro. “Tata surya kita pun tak berbeda. Pertumbuhan awal Jupiter meninggalkan jejak yang masih dapat kita baca hingga kini, terkunci di dalam meteorit yang jatuh ke Bumi.”

*****

Posting Komentar

0 Komentar