Penelitian Baru Menantang Mitos Bahwa AI Menghambat Kreativitas Manusia

Indonesains.id - Kecerdasan buatan (AI) umumnya dikaitkan dengan otomatisasi dan penggantian upaya manusia. Namun, temuan baru dari Universitas Swansea menunjukkan peran yang berbeda untuk teknologi ini, menunjukkan bahwa AI dapat mendukung kreativitas dengan melibatkan dan menginspirasi orang daripada sekadar mengambil alih tugas.

Para peneliti dari Departemen Ilmu Komputer Universitas tersebut melakukan salah satu studi terbesar sejauh ini tentang bagaimana orang bekerja bersama AI dalam desain kreatif. Eksperimen daring ini melibatkan lebih dari 800 peserta, yang menggunakan sistem bertenaga AI untuk membantu mereka membuat desain mobil virtual.

Mendorong Eksplorasi Melalui Keragaman Desain

Banyak alat desain AI secara diam-diam mengoptimalkan hasil tanpa melibatkan pengguna dalam prosesnya. Sebaliknya, sistem yang digunakan dalam studi ini mengandalkan metode yang dikenal sebagai MAP-Elites untuk menyajikan kepada peserta berbagai pilihan desain visual.

Penelitian Baru Menantang Mitos Bahwa AI Menghambat Kreativitas Manusia
Sebuah studi besar menunjukkan bahwa AI dapat meningkatkan pemikiran kreatif dengan mendorong eksplorasi, bukan hanya efisiensi semata. (Kredit: Shutterstock)


Galeri yang dihasilkan menampilkan segalanya mulai dari desain yang sangat efektif hingga konsep yang tidak konvensional dan contoh yang sengaja dibuat cacat, mendorong pengguna untuk mengeksplorasi berbagai kemungkinan yang lebih luas.

Baca Juga:

“Orang sering menganggap AI sebagai sesuatu yang mempercepat tugas atau meningkatkan efisiensi, tetapi temuan kami menunjukkan sesuatu yang jauh lebih menarik. Ketika orang diperlihatkan saran desain yang dihasilkan AI, mereka menghabiskan lebih banyak waktu untuk tugas tersebut, menghasilkan desain yang lebih baik, dan merasa lebih terlibat. Ini bukan hanya tentang efisiensi. Ini tentang kreativitas dan kolaborasi,” jelas Dr. Sean Walton, seorang Turing Fellow, Profesor Madya Ilmu Komputer dan penulis utama studi ini.

Memikirkan Kembali Cara Evaluasi Alat Desain AI

Wawasan utama dari studi ini, yang diterbitkan dalam jurnal ACM Transactions on Interactive Intelligent Systems, adalah bahwa cara tradisional untuk mengevaluasi alat desain AI mungkin terlalu sempit. Metrik seperti seberapa sering pengguna mengklik atau menyalin saran gagal menangkap dimensi emosional, kognitif, dan perilaku dari keterlibatan. Tim Swansea berpendapat untuk metode evaluasi yang lebih holistik yang mempertimbangkan bagaimana sistem AI memengaruhi bagaimana orang merasa, berpikir, dan mengeksplorasi.

Dr. Walton menambahkan, “Studi kami menyoroti pentingnya keragaman dalam keluaran AI. Para peserta memberikan respons paling positif terhadap galeri yang mencakup berbagai macam ide, termasuk ide-ide yang buruk! Ini membantu mereka melampaui asumsi awal dan menjelajahi ruang desain yang lebih luas. Keragaman yang terstruktur ini mencegah fiksasi awal dan mendorong pengambilan risiko kreatif.

“Seiring AI semakin tertanam dalam bidang kreatif, dari teknik dan arsitektur hingga musik dan desain game, memahami bagaimana manusia dan sistem cerdas bekerja sama sangat penting. Seiring perkembangan teknologi, pertanyaannya bukan hanya apa yang dapat dilakukan AI, tetapi bagaimana AI dapat membantu kita berpikir, berkreasi, dan berkolaborasi secara lebih efektif.”

*****

Posting Komentar

0 Komentar